Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu

Jl. Baru Belakang Terminal Randik, Kota Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Indonesia

MARI MENULIS

Setajam-tajamnya ingatan masih lebih baik tulisan yang pudar sekalipun

JASA PEMBUATAN MIKROKONTROLLER

Melayani berbagai keperluan Mikrokontroller......

JASA PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF

Cocok buat Anda Mahasiswa untuk Tugas Akhir atau Guru yang ingin tampil beda saat mengajar

ANEKA JAM DIGITAL

Menyediakan Jam Digital BErbagai Ukuran Sesuai Pesanan .....

Tuesday 22 October 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

 oleh: Arip Wahyudi - CGP Angkatan 11 - Kab Wonogiri

 

A.      Tujuan Pembelajaran Khusus :

1.       CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.

2.       CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

 

B.      Kegiatan Pemantik:

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya: “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert

·       Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

·       Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

·       Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik" adalah sebuah ungkapan yang menyoroti pentingnya pendidikan karakter selain pendidikan akademik.

·       Mengajarkan menghitung: Ini merujuk pada kemampuan kognitif dasar, seperti matematika, yang penting untuk kehidupan sehari-hari.

·       Mengajarkan apa yang berharga: Ini mengacu pada pembentukan nilai-nilai moral, etika, dan karakter yang baik. Ini mencakup hal-hal seperti kejujuran, empati, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap sesama.

Kutipan ini menyiratkan bahwa:

  • Pentingnya keseimbangan: Pendidikan yang seimbang harus mencakup pengembangan seluruh aspek diri, baik intelektual, dan sosial emosional.
  • Nilai-nilai lebih penting: Meskipun keterampilan akademik penting, nilai-nilai moral yang kuat akan menjadi fondasi yang lebih kokoh bagi individu untuk menjalani hidup.

Kaitan dengan pembelajaran: Sebagai model bahasa besar, saya tidak mengalami proses pembelajaran seperti manusia. Namun, saya dapat memahami bahwa kutipan ini relevan dengan konsep pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang efektif tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kemampuan bersosialisasi.

Dampak Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai: Pengambilan keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai etika dan moral akan memiliki dampak positif pada lingkungan kita:

  • Membangun hubungan yang lebih baik: Keputusan yang mempertimbangkan kepentingan orang lain akan memperkuat hubungan sosial.
  • Meningkatkan kesejahteraan bersama: Keputusan yang berorientasi pada kebaikan bersama akan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan berkelanjutan.
  • Menginspirasi orang lain: Contoh yang baik akan menginspirasi orang lain untuk bertindak secara etis.

Kontribusi Pemimpin Pembelajaran: Sebagai pemimpin pembelajaran, saya dapat berkontribusi dalam beberapa cara:

  • Menjadi role model: Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada siswa.
  • Memfasilitasi diskusi: Menciptakan ruang yang aman bagi siswa untuk berbagi pendapat dan belajar dari satu sama lain.
  • Menerapkan pembelajaran berbasis proyek: Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan pengetahuan dan nilai-nilai mereka dalam proyek-proyek nyata.
  • Mengembangkan kurikulum yang holistik: Memastikan kurikulum tidak hanya mencakup materi akademik, tetapi juga pendidikan karakter.

Kesimpulan:

Kutipan tersebut mengingatkan kita bahwa pendidikan yang sejati tidak hanya tentang mencetak individu yang cerdas, tetapi juga individu yang baik. Sebagai pemimpin pembelajaran, kita memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan holistik siswa.

 

C.       Rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran CGP sampai saat ini pada program guru penggerak

·       Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Seorang pemimpin pembelajaran yang mengadopsi filosofi Ki Hadjar Dewantara dapat menjadi sosok yang inspiratif dan efektif. Dengan semboyan "Ing Ngarso Sung Tuladha", pemimpin tidak hanya memberikan perintah, tetapi juga secara langsung menunjukkan contoh perilaku yang diharapkan dari murid-muridnya. Misalnya, seorang guru yang ingin menanamkan nilai disiplin dapat menunjukkan kedisiplinan dalam hal waktu, kerapian, dan pelaksanaan tugas. Selanjutnya, semboyan "Ing Madyo Mangun Karso" mendorong pemimpin untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran, berkolaborasi dengan murid-murid, dan menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuh kembang mereka. Misalnya, guru dapat memfasilitasi diskusi kelompok, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan mendorong murid-murid untuk berpikir kritis. Terakhir, semboyan "Tut Wuri Handayani" menekankan pentingnya dukungan dan dorongan dari belakang. Seorang pemimpin yang bijaksana akan selalu siap memberikan bantuan dan bimbingan ketika murid-murid membutuhkannya.

 

·       Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita akan termanifestasi dalam karakter pribadi kita. Karakter seorang pemimpin, yang merupakan cerminan dari kepribadian, watak, dan sifatnya, terbentuk melalui proses pembelajaran yang berkelanjutan sepanjang hidup. Lingkungan keluarga, pendidikan formal, pengalaman hidup, dan interaksi sosial semuanya berperan dalam membentuk karakter seseorang. Pengalaman-pengalaman ini membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku yang kemudian menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Sejak kecil, seorang anak mulai menyerap nilai-nilai dari orang tua, guru, dan lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai inilah yang kemudian menjadi pedoman dalam menjalani hidup dan membentuk karakter yang kuat.

 

·       Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

 

Seorang pemimpin pembelajaran yang efektif harus menguasai kerangka kerja pengambilan keputusan yang sistematis, seperti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dalam konteks coaching, pendamping atau fasilitator berperan krusial dalam memandu Calon Guru Penggerak (CGP) melalui setiap langkahnya. Misalnya, pada tahap investigasi trilema, pertanyaan-pertanyaan yang mendalam dan menantang dapat mendorong CGP untuk menggali lebih dalam dan menemukan alternatif solusi yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan. Dengan demikian, CGP dapat membuat keputusan yang lebih informatif dan berdampak.

 

·       Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

 

Kompetensi sosial dan emosional yang kita bicarakan sejatinya merupakan bagian dari kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional memungkinkan kita untuk memahami dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain dengan efektif. Dalam konteks pengambilan keputusan, kecerdasan emosional membantu kita untuk membuat pilihan yang tidak hanya rasional, tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial dan etika. Dengan kata lain, kecerdasan emosional adalah kunci untuk menjadi pengambil keputusan yang bijaksana.

 

·       Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Seorang pendidik yang berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan akan terlihat dalam tindakan sehari-hari. Misalnya, ia akan selalu berusaha memberikan pembelajaran yang berkualitas kepada semua siswa tanpa memandang latar belakang mereka. Ia juga akan membangun hubungan yang positif dengan siswa, orang tua, dan rekan sejawat berdasarkan rasa saling menghormati dan kepercayaan.

 

·       Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Dengan memperhatikan nilai-nilai, informasi, analisis, dan partisipasi, kita dapat membuat keputusan yang bijaksana dan berdampak positif bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.

 

·       Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Konflik pandangan yang kami alami merupakan manifestasi dari dilema etika yang kompleks. Dilema etika seringkali muncul ketika kita dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang melibatkan nilai-nilai yang saling bertentangan, seperti keadilan, integritas, dan empati. Dalam konteks sekolah, kami seringkali harus memilih antara menegakkan aturan secara ketat dan memberikan kesempatan kedua bagi siswa yang melakukan kesalahan. Menemukan solusi yang etis dalam situasi seperti ini membutuhkan pertimbangan yang matang dan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.

 

·       Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan untuk menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi merupakan langkah penting dalam mewujudkan konsep Merdeka Belajar. Dengan mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, dan tingkat kemampuan masing-masing siswa, guru menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memberdayakan. Melalui diferensiasi, siswa tidak hanya menerima materi pelajaran yang sama, tetapi juga diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi konsep-konsep yang sama dengan cara yang berbeda-beda, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan motivasi belajar siswa, tetapi juga memfasilitasi tumbuh kembangnya berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap individu. Bagi guru, pembelajaran yang berdiferensiasi merupakan peluang untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan siswa dan merasakan kepuasan dalam melihat potensi siswa berkembang secara optimal.

 

·       Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pengambilan keputusan untuk menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi merupakan langkah maju dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memberdayakan. Dengan mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, dan tingkat kemampuan masing-masing siswa, guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi, tetapi juga memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk mengeksplorasi konsep-konsep dengan cara yang paling sesuai bagi mereka. Misalnya, siswa yang visual dapat diberikan tugas membuat presentasi, sementara siswa yang kinestetik dapat melakukan eksperimen. Hal ini tidak hanya meningkatkan motivasi belajar siswa, tetapi juga memfasilitasi tumbuh kembangnya berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap individu.

 

·       Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang saya peroleh adalah bahwa pengambilan keputusan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap tumbuh kembang siswa. Keputusan yang berlandaskan filosofi Ki Hajar Dewantara, yakni menuntun siswa sesuai kodratnya dan berpihak pada siswa, akan membentuk karakter siswa yang kuat dan berintegritas. Dengan mengadopsi pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi, guru tidak hanya mengajarkan materi akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebajikan dan menghargai keberagaman. Penggunaan alur BAGJA dalam perencanaan pembelajaran semakin memperkuat upaya menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif, sehingga siswa dapat berkembang secara optimal.

 

·       Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Selama mempelajari modul 3.1, saya menyadari betapa sering saya dihadapkan pada dilema etika dalam praktik mengajar. Konsep-konsep yang dipelajari dalam modul ini memberikan saya alat yang berguna untuk menganalisis situasi, menimbang berbagai alternatif, dan mengambil keputusan yang etis. Salah satu hal yang paling berkesan bagi saya adalah pemahaman bahwa keputusan yang kita ambil tidak hanya berdampak pada siswa secara individu, tetapi juga pada keseluruhan komunitas belajar. Ini mendorong saya untuk selalu mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari setiap keputusan yang saya buat.

 

·       Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya pernah menghadapi dilema saat seorang siswa melanggar aturan sekolah. Dalam upaya menyelesaikan masalah ini, saya mencoba menerapkan prinsip penyelesaian dilema dengan menggali fakta dan melibatkan berbagai pihak. Meskipun tidak mengikuti prosedur 9 langkah secara ketat, pengalaman ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya berpikir kritis dan melibatkan berbagai perspektif. Namun, saya menyadari bahwa masih ada aspek yang perlu saya perbaiki, seperti kurangnya pertimbangan terhadap opsi trilema dan kurangnya refleksi terhadap keputusan yang telah diambil. Modul 3.1 telah memberikan saya kerangka berpikir yang kuat, namun penerapannya dalam praktik membutuhkan lebih banyak latihan dan pengalaman. Ke depan, saya akan berusaha untuk lebih sistematis dalam menerapkan langkah-langkah pengambilan keputusan dan selalu mengevaluasi dampak dari setiap keputusan yang saya ambil.

·       Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Kemampuan untuk mengenali dilema etika dan bujukan moral bukan hanya sekadar pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan yang perlu diasah terus-menerus. Setelah mempelajari 9 langkah pengambilan keputusan, saya menyadari bahwa refleksi merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Dengan merefleksikan keputusan yang telah diambil, kita dapat belajar dari kesalahan dan meningkatkan kemampuan kita dalam membuat keputusan di masa depan. Selain itu, refleksi juga membantu kita untuk memastikan bahwa keputusan yang kita ambil sesuai dengan nilai-nilai etika yang kita anut.

 

·       Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Mempelajari topik pada modul 3.1 ini sangat penting menurut saya. Modul ini telah memberikan saya fondasi yang kuat dalam pengambilan keputusan. Dengan memahami 9 langkah pengambilan keputusan, saya kini lebih mampu menganalisis situasi secara sistematis, mempertimbangkan berbagai alternatif, dan memilih opsi yang paling optimal. Hal ini sangat bermanfaat, terutama dalam situasi yang kompleks dan berisiko tinggi. Selain itu, modul ini juga membantu saya untuk lebih objektif dalam mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil, sehingga saya dapat belajar dari kesalahan dan terus meningkatkan kemampuan saya.

Sunday 15 September 2024

laporan Hasil Telaah Video Kelas Kewirausahaan

Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua. Senang sekali kali ini kita bisa berjumpa lagi. Kali ini Saya akan menyajikan laporan hasil telaah video Kelas Kewirausahaan (link: https://www.youtube.com/watch?v=Cen__rOpKlU ) sebagai bagian dari tugas Piloting PPG tahap 2 tahun 2024 pada aktivitas Demonstrasi Kontekstual Modul Pembelajaran dan Asesmen Pembelajaran Kelas Kewirausahaan. Berikut adalah laporan hasil telaah video yang telah kami buat bersama beberapa rekan guru: Bentuk kelas Kewirausahaan di SMKN 1 Cikalongkulon adalah Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW). Kelas Wirausaha di SMKN 1 Cikalongkulon dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu: • Kelas X melalui kegiatan dengan target tertentu, mereka diberikan analisis usaha untuk lingkungan sekitar mereka. • Kelas 11 mereka melalui projector dengan bantuan bank mini sekolah. • Kelas 12 yang sudah berwirausaha dikembangkan melalui mentor sebaya bagi adik-adik kelasnya. Jenis pekerjaan pada kelas Kewiraushaan tersebut yaitu: Usaha Kiliner, Usaha peternakan, Usaha tanaman hias Anggrek, penjual buah dan sayur, dan bisnis online dengan produk tas, Sepatu & baju. Menurut kami setiap peserta didik mempelajari pekerjaan yang berbeda-beda sesuai dengan bakat, minat, kesempatan dan peluang yang mereka lihat.Kami tidak melihat dan mendengar dalam video tersebut membahas jobsheet/SOP. Namun kami yakin pasti ada Jobsheet/SOP dalam pelaksanaanya. Guru berperan sebagai pembimbing bagi siswa dalam kelas wirausaha. Setelah menyimak video tersebut kami menyimpulkan bahwa guru bersama peserta didik melakukan Quality Control secara bertahap melalui terlibatnya siswa kelas XII sebagai mentor sebaya. Asesmen pembelajaran berbasis kelas kewirausahaan dilakukan berdasarkan pemenuhan standar proses dan spesifikasi produk/layanan jasa yang dipersyaratkan oleh konsumen, serta ketercapaian omzet yang ditetapkan. Kelas Kewirausahaan dan Pembelajaran model PjBL sama-sama memiliki orientasi produk, perencanaan dan analisis, dapat dilakukan secara mandiri atau berkelompok namun ada sedikit perbedaan menurut kami yaitu pada aspek target omset. Demikian hasil telaah kami, semoga membawa manfaat. kami akan merasa senang apabila rekan-rekan dapat memberikan tanggapan baik kritik, saran, masukan, dan tambahan mengenai telaah yang telah kami buat. Terimakasih, wassalamualaikum wr.wb.